Slider(Do not Edit Here!)

Pulau Kembang

Pulau Kembang

Wisata Alam – Pulau Kembang – Barito Kuala – Kalimantan Selatan.
Pulau Kembang adalah sebuah delta yang terletak di tengah sungai Barito yang termasuk di dalam wilayah kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, provinsi Kalimantan Selatan merupakan habitat bagi kera ekor panjang
P Kembang Barito Utara
Pulau Kembang terletak di sebelah barat Kota Banjarmasin. Pulau Kembang ditetapkan sebagai hutan wisata
P Kembang Barito utara1
Pulau Kembang merupakan habitat bagi kera ekor panjang (monyet) dan beberapa jenis burung. Kawasan pulau Kembang juga merupakan salah satu obyek wisata yang berada di dalam kawasan hutan di Kabupaten Barito Kuala.
Di dalam kawasan hutan wisata ini terdapat altar yang diperuntukkan sebagai tempat meletakkan sesaji bagi ” penjaga” pulau Kembang yang dilambangkan dengan dua buah arca berwujud kera berwarna putih (Hanoman), oleh masyarakat dari etnis Tionghoa-Indonesia yang mempunyai kaul atau nazar tertentu.
Seekor kambing jantan yang tanduknya dilapisi emas biasanya dilepaskan ke dalam hutan pulau Kembang apabila sebuah permohonan berhasil atau terkabul
P Kembang Barito Utara 4
Menurut ceita, pulau Kembang berasal dari kapal Inggris yang dihancurkan oleh orang Biaju pada tahun 1750-an atas perintah Sultan Banjar. Puing-puing bekas kapal tersebut lambat laun ditumbuhi pepohonan dan berubah menjadi sebuah pulau yang kemudian didiami sekelompok kera. Orang-orang desa yang berada di sekitar pulau baru ini menganggap bahwa kera-kera tersebut merupakan penjelmaan yang memakai sarungan kera. Kelompok kera tersebut dipimpin oleh seekor kera yang sangat besar berwarna putih
Kera-kera di kawasan  ini yang berjumlah ribuan, sangat akrab dengan para pengunjung. Biasanya ketika para wisatawan datang berkunjung, kera-kera tersebut banyak yang menunggu di dermaga, menunggu para wisatawan memberi mereka makanan seperti pisang, kacang, dan sebagainya
Kawasan ini berjarak sekitar 1,5 km dari Kota Banjarmasin dan dapat ditempuh dengan menggunakan perahu klotok sewaan , Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke lokasi sekitar 15 menit dari Kota Banjarmasin

Wisata Desa Haratai

Wisata Desa Haratai

Desa Haratai – Loksado – Hulu Sungai Selatan – Kalimantan Selatan
Keindahan yang tersembunyi.Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan pesona desa Haratai di Kecamatan Loksado, Kab. Hulu Sungai Selatan ini.Di desa yang didiami oleh suku Dayak Meratus ini terdapat berbagai objek menarik yang cocok untuk dijelajahi.
Disela-sela megahnya Pegunungan Meratus yang membentang di sebagian besar wilayah Kalsel.terhampar Kota  Kandangan, sebuah kota kecil yang merupakan ibukota Kab. Hulu Sungai Selatan.
Dari Kandangan, perjalanan masih menyisakan sekitar 38 kilometer atau sekitar 1 jam.Melewati berbagai desa seperti desa Muara Hatip, yang lokasinya berada di sekitar Gunung Kentawan yang tampak menjulang.Umumnya desa-desa yang tampak bersahaja itu didominasi oleh suku Banjar dan suku Dayak Meratus.Mereka hidup berdampingan secara damai.Berbagai sarana ibadah pun tampak kokoh, menandakan betapa rukun nya hidup di pedalaman Kalimantan ini.
Sebuah pintu gerbang menyambut kedatangan pengunjung, menandakan perjalanan telah memasuki kawasan Loksado.Sebuah kecamatan yang hampir setiap pekan di kunjungi oleh turis asing terutama dari negara-negara Eropa.Loksado terkenal cocok untuk menjajal hobi petualangan seperti bamboo rafting, trekking, camping, hiking dan lain-lain.
Suku Dayak Meratus
Salah satu nya desa Haratai yang saya kunjungi ini.Dari pusat Loksado, perjalanan dengan kendaraan roda dua dapat ditempuh sekitar 30 menit.Selama perjalanan kami melewati pemandangan alam yang sangat cantik & natural.Hutan, sungai, bebatuan besar, jembatan gantung, bukit-bukit, kebun kayu manis & bambu serta beberapa rumah Dayak Meratus.
Di desa Haratai, kita dapat menemui puluhan rumah berbentuk panggung milik suku Dayak Meratus. Tampak beberapa warga simbil duduk-duduk santai di pelataran rumah bahkan ada yang terlihat asyik mengurusi tanaman di sekitar rumah mereka, beberapa tanaman anggrek khas Loksado.
Rumah Panjang
Disudut lain, ada sebuah bangunan besar yang disebut warga sekitar Balai Haratai. Di dalam balai terdapat puluhan bilik kamar berukuran kira-kira 3 x 4 meter.Di berbagai perkampungan Dayak lain seperti di Kalimantan Barat, warga Dayak mendirikan rumah panjang seperti ini yang di dalamnya dihuni oleh puluhan kepala keluarga.
Balai Haratai sekarang sudah tidak berpenghuni lagi. Hanya pada saat-saat tertentu saja diramaikan oleh warga Dayak Meratus. Seperti pelaksanaan acara adat Aruh Ganal. Sebuah perayaan yang digelar untuk mensyukuri hasil panen.
Warga Dayak umumnya sangat menghormati roh-roh nenek moyang. Pengetahuan tentang bertani, ilmu gaib, dan sebagainya selalu dikaitkan dengan kepercayaan terhadap roh-roh.
Selain itu mereka juga sangat menghargai limpahan alam yang mudah ditemui di bumi Kalimantan. Seperti  mereka cukup memanfaatkan air bersih yang datang dari pegunungan. Sistem pengairan yang digunakan sangat sederhana, yakni dengan menggunakan bambu yang dibelah. Bambu-bambu tersebut saling menyambung sehingga dapat mengalirkan air dari pegunungan menuju rumah penduduk.
Uniknya, air jernih yang alami tersebut mengalir selama 24 jam non stop.Benar-benar perpaduan yang sangat indah antara manusia dan alam. Kekaguman terhadap kehidupan bersahaja milik warga Dayak Meratus ini. Hidup di rumah-rumah yang sederhana pula.
Air Terjun Haratai
Lokasinya sekitar 1,5 kilometer dari Balai Haratai. Untuk menuju ke air terjun ini, harus melakukan perjalanan tanpa kendaraan. Waktu yang kami tempuh sekitar 20 menit.Melewati berbagai jenis pohon serta sebuah jembatan gantung yang dibawah nya terdapat Sungai Amandit.
Air terjun Haratai, dengan sebuah telaga yang air nya bergelombang mirip di lautan.Karena tekanan yang berasal dari jatuhnya air dari atas bukit.Air di telaga tersebut berwarna agak kehijauan dan sangat dingin.
Loksado dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi dan angkutan umum.Setibanya di Loksado anda bisa melanjutkan perjalanan menuju Haratai dengan 3 cara saja.Menggunakan jasa tukang ojek, menggunakan kendaraan roda dua milik pribadi atau jalan kaki.Karena akses menuju desa Haratai tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.Tarif sewa ojek sebesar Rp 50.000 PP.
 
Waduk Riam Kanan

Waduk Riam Kanan

Wisata Waduk Riam Kanan

Kemolekan wajah Nusantara di Kalimantan selatan. Tepatnya di Desa Aranio Kabupaten Banjar di Waduk Riam Kanan.
Dari Banjarmasin ke kota Banjarbaru menuju desa Aranio sekitar 25 kilometer.
Bukit-bukit terjal di kiri kanan jalan menambah cantik pemandangan. Hamparan sawah yang menghijau serta perkampungan penduduk desa yang terlihat bersahaja semakin memanjakan mata yang bosan dengan kehidupan perkotaan.Sesekali menemui jalanan sepi yang meliuk-liuk di bawah pepohonan di pinggir jalan. Sungguh sensasi dan nikmat
Tiba di Riam Kanan kami harus membayar uang masuk .Sangat murah bila dibanding dengan apa yang akan didapatkan  nantinya. disekitar tempat parkir kendaraan, apat ditemui  tempat penjualan ikan hasil budidaya masyarakat sekitar. Di Banjarmasin ikan puyau dijual dengan harga dua kali lipat dengan harga disini . Benar-benar murah dan jauh lebih segar.
Pelabuhan / dermaga yang disana banyak ditemui kapal (klotok) berukuran sedang.Dengan klotok itulah mereka akan menikmati pesona Riam Kanan. Harga sewa yang harus kami bayar adalah Rp 100 ribu. untuk  tujuan  Pulau Pinus kedua (lebih jauh dari Pulau Pinus pertama).

Saat diatas klotok melaju itulah pesona Riam Kanan benar-benar eksotis. Hamparan air waduk yang menghijau, perbukitan yang asri, langit yang membiru serta puluhan rumah terapung adalah paket yang ditawarkan Riam Kanan yang bisa dilihat dari dalam klotok.

Sesekali sampan kecil bermesin terlihat melaju diatas luasnya waduk Riam Kanan.Biasanya mereka membawa ikan hasil tangkapan untuk dijual ke pasar. Betapa nikmatnya kehidupan mereka, karena tinggal di tempat yang masih sangat alami.

perjalanan sekitar 30 menit menuju Pulau Pinus kedua . Menjelajah tiap sudut menarik yang ada disana. Jembatan panjang yang membelah waduk adalah salah satu objek yang berhasil menarik perhatian .Objek menarik lainnya adalah rimbunnya ratusan pohon pinus yang menjulang tinggi di tengah waduk.

 Kembali ke Wisata Kalimantan Selatan.
Upacara Adat Kalimantan Selatan

Upacara Adat Kalimantan Selatan

Upacara Adat Aruh Baharin, Upacara Adat Maccera Tasi, Upacara Adat Mallasung Manu, Upacara Adat Babalian Tandik  - Kalimantan Selatan
Upacara Adat Aruh Baharin
Lima balian (tokoh adat) yang memimpin upacara ritual ,berlari kecil sambil membunyikan gelang hiang (gelang terbuat dari tembaga kuningan) mengelilingi salah satu tempat pemujaan sambil membaca mantra, Dihadiri warga Dayak sekitarnya.
Prosesi adat ini dikenal dengan Aruh Baharin, pesta syukuran yang dilakukan gabungan keluarga besar yang  berhasil panen padi di pahumaan (perladangan) . Upacara Adat Aruh Baharin, Pesta yang berlangsung tujuh hari itu terasa sakral karena para balian yang seluruhnya delapan orang itu setiap malam menggelar prosesi ritual pemanggilan roh leluhur untuk ikut hadir dalam pesta tersebut dan menikmati sesaji yang dipersembahkan.
Upacara Adat Aruh Baharin, Prosesi berlangsung pada empat tempat pemujaan di balai yang dibangun sekitar 10 meter x 10 meter. Prosesi puncak dari ritual ini terjadi pada malam ketiga hingga keenam di mana para balian melakukan proses batandik (menari) mengelilingi tempat pemujaan. Para balian seperti kerasukan saat batandik terus berlangsung hingga larut malam dengan diiringi bunyi gamelan dan gong.
Untuk ritual pembuka, disebut Balai Tumarang di mana pemanggilan roh sejumlah raja, termasuk beberapa raja Jawa, yang pernah memiliki kekuasaan hingga ke daerah mereka.
Selanjutnya, melakukan ritual Sampan Dulang atau Kelong. Ritual ini memanggil leluhur Dayak, yakni Balian Jaya yang dikenal dengan sebutan Nini Uri. Berikutnya, Hyang Lembang, ini proses ritual terkait dengan raja- raja dari Kerajaan Banjar masa lampau.
Para balian itu kemudian juga melakukan ritual penghormatan Ritual Dewata, yakni mengisahkan kembali Datu Mangku Raksa Jaya bertapa sehingga mampu menembus alam dewa. Sedangkan menyangkut kejayaan para raja Dayak yang mampu memimpin sembilan benua atau pulau dilakukan dalam prosesi Hyang Dusun.
Pada ritual-ritual tersebut, prosesi yang paling ditunggu warga adalah penyembelihan kerbau. Kali ini ada 5 kerbau. Berbeda dengan permukiman Dayak lainnya yang biasa hewan utama kurban atau sesaji pada ritual adat adalah babi, di desa ini justru hadangan atau kerbau.
warga dan anak-anak berebut mengambil sebagian darah hewan itu kemudian memoleskannya ke masing-masing badan mereka karena percaya bisa membawa keselamatan. Daging kerbau itu menjadi santapan utama dalam pesta padi tersebut.
”Baras hanyar (beras hasil panen) belum bisa dimakan sebelum dilakukan Aruh Baharin. Ibaratnya, pesta ini kami bayar zakat seperti dalam Islam,” kata Narang.
Sedangkan sebagian daging dimasukkan ke dalam miniatur kapal naga dan rumah adat serta beberapa ancak (tempat sesajian) yang diarak balian untuk disajikan kepada dewa dan leluhur.
Menjelang akhir ritual, para balian kembali memberkati semua sesaji yang isinya antara lain ayam, ikan bakar, bermacam kue, batang tanaman, lemang, dan telur. Ada juga penghitungan jumlah uang logam yang diberikan warga sebagai bentuk pembayaran ”pajak” kepada leluhur yang telah memberi mereka rezeki.
Selanjutnya, semua anggota keluarga yang menyelenggarakan ritual tersebut diminta meludahi beberapa batang tanaman yang diikat menjadi satu seraya dilakukan pemberkatan oleh para balian. Ritual ini merupakan simbol membuang segala yang buruk dan kesialan.
Akhirnya sesaji dihanyutkan di Sungai Balangan yang melewati kampung itu. Bagi masyarakat Dayak, ritual ini adalah ungkapan syukur dan harapan agar musim tanam berikut panen padi berhasil baik.
lokasi terletak sekitar 250 kilometer utara Banjarmasin ,Desa Kapul, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. (Aruh Baharin, Pesta Padi Dayak Halong kompas.com)
Upacara Adat Maccera Tasi
Upacara Adat Macceratasi merupakan upacara adat masyarakat nelayan tradisional di Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan. Upacara ini sudah berlangsung sejak lama dan terus dilakukan secara turun-temurun setiap setahun sekali. Beberapa waktu lalu, upacara ini kembali digelar di Pantai Gedambaan atau disebut juga Pantai Sarang Tiung.
Prosesi utarna Macceratasi adalah penyembelihan kerbau, kambing, dan ayam di pantai kemudian darahnya dialirkan ke laut dengan maksud memberikan darah bagi kehidupan laut. Dengan pelaksanaan upacara adat ini, masyarakat yang tinggal sekitar pantai dan sekitarnya, berharap mendapatkan rezeki yang melimpah dari kehidupan laut.
Kerbau, kambing, dan ayam dipotong. Darahnya dilarungkan ke laut. Itulah bagian utama dari prosesi Upacara Adat Macceratasi. Kendati intinya hampir sama dengan upacara laut yang biasa dilakukan masyarakat nelayan tradisional lainnya. Namun upacara adat yang satu ini punya hiburan tersendiri. 
 Sebelum Macceratasi dimulai terlebih dahulu diadakan upacara Tampung Tawar untuk meminta berkah kepada Allah SWT. Sehari kemudian diadakan pelepasan perahu Bagang dengan memuat beberapa sesembahan yang dilepas beramai-ramai oleh nelayan bagang, baik dari Suku Bugis, Mandar maupun Banjar. Keseluruhan upacara adat ini sekaligus melambangkan kerekatan kekeluargaan antarnelayan.
Untuk meramaikan upacara adat ini, biasanya disuguhkan hiburan berupa kesenian hadrah, musik tradisional, dan atraksi pencak silat. Usai pelepasan bagang, ditampilkan atraksi meniti di atas tali yang biasa dilakukan oleh lelaki Suku Bajau. Atraksi ini pun selalu dipertunjukkan bahkan dipertandingkan pada saat Upacara Adat Salamatan Leut (Pesta Laut) sebagai pelengkap hiburan masyarakat.
Upacara Adat Babalian Tandik
Selain Upacara Adat Macceratasi, Kabupaten Kota Baru juga mempunyai upacara adat lainnya, seperti Upacara Adat Babalian Tandik, yakni kegiatan ritual yang dilakukan oleh Suku Dayak selama seminggu. Puncak acara dilakukan di depan mulut Goa dengan sesembahan pemotongan hewan qurban. Upacara ini diakhiri dengan Upacara Badudus atau penyiraman Air Dudus. Biasanya yang didudus (disiram) seluruh pengunjung yang hadir sehingga mereka basah semua.
Upacara Adat Mallasuang Manu, yakni upacara melepas sepasang ayam untuk diperebutkan kepada masyarakat sebagai rasa syukur atas melimpahnya hasil laut di Kecamatan Pulau Laut Selatan. Upacara ini dilakukan Suku Mandar yang mendominasi kecamatan tersebut, setahun sekali tepatnya pada bulan Maret. Upacara ini berlangsung hampir seminggu dengan beberapa kegiatan hiburan rakyat sehingga berlangsung meriah.
Upacara Adat Macceratasi, biasanya diadakan menjelang perayaan tahun baru di Pantai Gedambaan, Kabupaten Kota Baru. Mudah menjangkau kabupaten berjuluk Bumi Saijaan ini. Dari Jakarta naik kapal terbang ke Bandara Syamsuddin Noor, Banjarmasin. Keesokan paginya melanjutkan perjalanan udara dengan pesawat Trigana Air ke Bandara Stagen, Kota Baru. Bisa juga naik Kapal Cepat Kirana Jawa-Sulawesi-Kalimantan. Selanjutnya mencarter mobil travel ke lokasi upacara. [Sumber: liburan.info]
Upacara Adat Mallasung Manu
Ritual khas kaum muda mudi suku Mandar yang berdomisili di Kecamatan Laut Selatan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Mallassung Manu adalah sebutan bagi ritual adat melepas beberapa pasang ayam jantan dan betina sebagai bentuk permohonan meminta jodoh kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pesta adat yang juga telah menjadi event wisata ini dilakukan secara turun temurun di Pulau Cinta, sebuah pulau kecil yang konon berbentuk hati dan berjarak sekitar dua mil dari Pulau Laut, pulau terbesar di perairan tenggara Kalimantan yang menjadi Ibu Kota Kabupaten Kotabaru. Pulau Cinta memiliki luas sekitar 500 m2 dan hanya terdiri dari batu-batu besar dan sejumlah pohon di dalamnya.
Dalam pesta adat yang unik ini, para peserta berangkat secara bersama-sama dari Pulau Laut (Kotabaru) menuju Pulau Cinta dengan menggunakan perahu. Sesampainya di Pulau Cinta, pesta adat melepas sepasang ayam jantan dan betina dilaksanakan dengan disaksikan oleh ribuan penonton
Keinginan agar mudah mencari jodoh dapat melahirkan ekspresi budaya yang khas. Kekhasan itulah yang dapat disaksikan dalam Pesta Adat Malassuang Manu. Ritual utama dalam upacara ini, yaitu melepas ayam jantan dan betina, dilaksanakan di atas sebuah batu besar yang bagian tengahnya terbelah sepanjang kira-kira 10 meter. Dari atas batu itu, sepasang ayam tersebut dilemparkan sebagai tanda permohonan kepada Tuhan supaya dimudahkan dalam mencari jodoh.
Usai melepas sepasang ayam tersebut, para muda-mudi ini kemudian mengikatkan pita atau tali rafia (yang di dalamnya telah diisi batu atau sapu tangan yang indah) di atas dahan atau ranting pepohonan yang terdapat di Pulau Cinta. Hal ini sebagai perlambang, apabila kelak memperoleh jodoh tidak akan terputus ikatan tali perjodohannya sampai maut menjemput.
Kelak, pita atau tali rafia tersebut akan diambil kembali bila permohonan untuk bertemu jodoh telah terkabul. Pasangan yang telah berjodoh ini akan kembali ke Pulau Cinta untuk mengambil pita atau tali rafia tersebut dengan menggunakan perahu klotok yang dihias dengan kertas warna-warni. Makanan khas yang selalu menjadi hidangan dalam ritual kedua ini adalah sanggar (semacam pisang goreng yang terbuat dari pisang kepok yang dibalut dengan tepung beras dan gandum dengan campuran gula dan garam), serta minuman berupa teh panas.
Pasangan ini akan diiringi oleh sanak saudara untuk mengadakan selamatan. Usai memanjatkan doa, mereka kemudian melepaskan pita atau tali rafia yang dulu diikatkan di dahan atau ranting pohon untuk disimpan sebagai bukti bahwa keinginannya telah terkabul. Selain itu, ritual kedua ini juga merupakan permohonan supaya dalam kehidupan selanjutnya selalu dibimbing menjadi keluarga yang sejahtera.
Pesta adat yang pelaksanaannya didukung oleh pemerintah daerah setempat ini juga dimeriahkan oleh tari-tarian adat dan berbagai macam perlombaan, seperti voli, sepakbola, dan lain-lain. Berbagai event lomba tersebut biasanya akan memperebutkan trophy Bupati Kotabaru atau Gubernur Kalimantan Selatan.
Biasanya Pesta Mallasung Manu diselenggarakan pada bulan Maret—April
Pesta adat Mallassuang Manu diselenggarakan di Teluk Aru dan Pulau Cinta, Kecamatan Laut Selatan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, Indonesia.
Ibu Kota Kabupaten Kotabaru terletak di ujung utara Pulau Laut. Dari Ibu Kota Kalimantan Selatan, Banjarmasin, Kotabaru terletak sekitar 350 kilometer dengan kondisi jalan yang kurang mulus. Wisatawan yang menggunakan bus, bus mini, atau mobil carteran akan menghabiskan waktu sekitar 9—10 jam untuk sampai di pelabuhan penyeberangan. Perjalanan darat ini akan dilanjutkan dengan menyeberangi laut menggunakan kapal ferry menuju Pelabuhan Tanjung Serdang, Kotabaru. Dari Pelabuhan ini, perjalanan darat menuju Kotabaru masih memerlukan waktu sekitar 1 jam dengan jarak sekitar 40 kilometer.
Selain perjalanan darat, jika memilih transportasi laut, wisatawan dapat pula memanfaatkan penyeberangan dari Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu) menuju Pelabuhan Tanjung Serdang (Kotabaru).
Pesawat udara, transit terlebih di Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin (Kalimantan Selatan) atau Bandara Sepinggan Balikpapan (Kalimantan Timur) sebelum menuju Bandara Stagen Kotabaru.
 
Pulau Sebuku Kalimantan Selatan

Pulau Sebuku Kalimantan Selatan


Pulau Sebuku, Kab Kotabaru, Kalsel. Sekitar 12 jam perjalanan darat dari Banjarmasin.
Dengan melewati jalur darat antara Banjarmasin – Batulicin.Kemudian dilanjutkan dengan menumpang kapal fery menuju pelabuhan Tanjung Serdang, Kotabaru.Setelah itu, dengan mobil kembali menyusuri jalur darat menuju Kotabaru.kemudian mencari tumpangan berupa speed boat menuju Sungai Bali, ibukota kecamatan Pulau Sebuku.
Sepanjang perjalanan menuju Pulau Sebuku, seringkali menemui bagang-bagang milik nelayan setempat.Bagang-bagang itu dibangun diatas lautan, yang berfungsi untuk menangkap ikan.Laut lepas berwarna kebiru-biruan serta hamparan pegunungan di sekitar Kotabaru adalah pemandangan lain yang ditemui selama berada diatas speed boat yang melaju kencang.
Hamparan laut biru dengan latar perbukitan hijau di sisi lainnya.Sebuah pemandangan yang sangat indah.
Pantai yang terdapat di desa Sekapung memiliki karakter yang unik.Seperti adanya bebatuan dan pasir yang berwarna agak kekuningan.Dengan latar langit berwarna biru.
Hamparan pasir putih kembali menggoda saya dan teman-teman untuk segera menjelajah pantai.Betapa kaya nya Indonesia, segala jenis keindahan ada di negeri khatulistiwa ini.






Pulau Sebuku Kalimantan Selatan

Pulau Sebuku, Kab Kotabaru, Kalsel. Sekitar 12 jam perjalanan darat dari Banjarmasin.
Dengan melewati jalur darat antara Banjarmasin – Batulicin.Kemudian dilanjutkan dengan menumpang kapal fery menuju pelabuhan Tanjung Serdang, Kotabaru.Setelah itu, dengan mobil kembali menyusuri jalur darat menuju Kotabaru.kemudian mencari tumpangan berupa speed boat menuju Sungai Bali, ibukota kecamatan Pulau Sebuku.
Sepanjang perjalanan menuju Pulau Sebuku, seringkali menemui bagang-bagang milik nelayan setempat.Bagang-bagang itu dibangun diatas lautan, yang berfungsi untuk menangkap ikan.Laut lepas berwarna kebiru-biruan serta hamparan pegunungan di sekitar Kotabaru adalah pemandangan lain yang ditemui selama berada diatas speed boat yang melaju kencang.
Hamparan laut biru dengan latar perbukitan hijau di sisi lainnya.Sebuah pemandangan yang sangat indah.
Pantai yang terdapat di desa Sekapung memiliki karakter yang unik.Seperti adanya bebatuan dan pasir yang berwarna agak kekuningan.Dengan latar langit berwarna biru.
Hamparan pasir putih kembali menggoda saya dan teman-teman untuk segera menjelajah pantai.Betapa kaya nya Indonesia, segala jenis keindahan ada di negeri khatulistiwa ini.

Pulau Pinus Waduk Riam Kanan

Pulau Pinus Waduk Riam Kanan

Menjelajah Pulau Pinus di Waduk Riam Kanan Kalimantan Selatan

Cerita perjalanan wisata di Desa Aranio Kabupaten Banjar, Kalsel diawali dengan perjalanan seru di sekitar Waduk Riam Kanan, tepatnya di Pulau Pinus.Dengan menumpang klotok (perahu kecil bermesin) dapat mencapai pulau kecil yang letaknya di tengah-tengah waduk itu.
Sebenarnya di Waduk Riam Kanan terdapat dua buah Pulau Pinus.Biaya sewa untuk menuju Pulau Pinus pertama hanya dikenai sebesar Rp. 75 ribu saja.Sedangkan menuju Pulau Pinus kedua dipatok sebesar Rp. 100 ribu.
Paket itu bisa sekalian mampir ke Pulau Pinus pertama.Perjalanan menuju Pulau Pinus kedua ditempuh sekitar 30 menit.mungkin Cukup lama.Namun Karena pemandangan yang indah di sekitar waduk sangat menarik cukup mengisi waktu selama perjalanan.Objek pertama yang menarik perhatian adala jembatan kayu yang membentang panjang di atas waduk.Jembatan itu menghubungkan antara Pulau Pinus dengan daratan di seberangnya.
Beralasan memang kenapa pulau ini dinamakan Pulau Pinus.Karena disana banyak sekali pohon pinus yang tumbuh tinggi menjulang.Saking banyaknya, hari cerah saat itu tidak berlaku di Pulau Pinus.Sinar matahari seakan-akan sulit menembus rimbunnya pepohonan.

Di bagian lain berjumpa  beberapa penduduk yang tengah asyik memancing.Umumnya ikan yang didapat adalah ikan puyau.Ikan yang lumayan gurih kalau di goreng.Disini dijual dengan harga Rp. 10 ribu saja.
Melanjutkan perjalanan menuju perkampungan di seberang pulau.Dengan menyusuri jembatan kayu yang panjangnya sekitar 200 meteran.Dari atas jembatan, ditenemui pemandangan yang sangat cantik.Perbukitan hijau, air waduk yang terhampar luas berpadu dengan langit cerah yang membiru.


Kembali ke Wisata Kalimantan Selatan
Pulau Haur Kalimantan Selatan

Pulau Haur Kalimantan Selatan

Keindahan Pulau Haur

sebuah pulau kecil yang indah.Letaknya tidak jauh dari Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru Kalsel.
Dalam bahasa Banjar (Kalsel) Haur berarti sibuk/repot.Tapi di Pulau Haur tidak ada kesibukan .Pulau Haur hanyalah sebuah pulau kecil ditengah lautan lepas yang tidak berpenghuni. Praktis, disana tidak ditemukan satu buah pun bangunan rumah. Benar-benar belum terjamah oleh manusia.
petualangan di pantai ataupun pulau, benar-benar menikmati suasana yang disajikan oleh Pulau Haur. Mulai dari pantai berpasir putih, debur ombak yang gak pernah berhenti, air laut yang cukup bening serta pemandangan bukit karang di sekitar nya. Untuk menuju Pulau Haur,dapat menyewa sebuah perahu nelayan milik warga di desa Sekapung, Pulau Sebuku.Dari desa Sekapung menuju Pulau Haur hanya diperlukan sekitar 30 menit perjalanan laut. dengan Biaya sebesar Rp 50 ribu saja.
DiPulau ini  tidak hanya menikmati segar nya air laut saja, tapi juga dapat menikmati indah nya pemandangan matahari terbenam .
Di pulau yang juga memiliki gua , tidak ada penginapan. Bagi yang mau berkunjung cukup pulang pergi dalam sehari saja. Akses terdekat untuk menuju pulau ini adalah desa Sekapung.
Desa Sekapung dapat anda temui melalu dua cara, yakni dengan menaiki speed boat langsung menuju Sekapung dari pelabuhan Kotabaru atau menumpang speed boat jurusan desa Sungai Bali, ibukota kecamatan Pulau Sebuku.
Satu-satu nya cara untuk mengatasi soal tempat menginap adalah dengan cara menumpang di rumah penduduk.









Kembali ke Wisata Kalimantan Selatan.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Informasi Gasan Banua Q - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger